Uang bukan segalanya. Tapi segalanya butuh uang ;)
jadi marilah kita ngobrol santai tapi real soal rencana keuangan masa depan ya.
Ngobrolin budget nikahan memang seru, tapi yang lebih penting menurut saya adalah perencanaan keuangan setelah nikah, karena hidup susah jelas ga enak, dan katanya hidup berlebihan juga ga boleh. Yang ideal adalah yang pas-pasan; pas butuh beli rumah punya uang, pas pengen mobil bisa beli, pas pengen liburan tinggal pesen tiket, pas anak mau sekolah juga tinggal daftarin dan ga perlu pusing sama semua biayanya. Hehe.
Dari sebelum nikah, saya sama calon suami sepakat untuk berbagi investasi kita ke produk yang berbeda. Saya yang cenderung lebih agresif (dalam invest yaa...kalo dalam relationship mah engga doooong XD) lebih pengen invest ke instrumen agresif macam saham, sedangkan Ardi yang tipenya lebih konvensional cenderung lebih secure untuk beli logam mulia.
Saya ini staff biasa... jelas belum punya banyak uang untuk memulai invest saham langsung di bursa. Jadi belinya reksadana saham aja, biar itungannya kayak nabung tiap bulan. Reksadana saham yang pertama saya beli adalah produknya Schroders, beli via supermarket reksadana Bank Mandiri. Ga berapa lama Ardi juga mulai beli LM pertamanya. Kalo beli LM, yang oke sih via Antam, atau bisa juga beli di toko emas semacam Goldgram--harganya biasanya lebih murah dikit.
Dari Infovesta, saya pantau kinerja reksadananya Panin ternyata bagus dan akhirnya bikin tertarik buat beli, hehe. Saya beli lagi lah dua reksadana produknya Panin, langsung di Panin Sekuritas; satu jenis reksadana saham, satunya lagi campuran.
Lalu entah ketularan darimana, Ardi mendadak jadi doyan maen Forex sama temen-temen seruangannya. Ehhmmm....untungnya gede sih, tapi karena masih diragukan ke-halal-an transaksinya, saya jadi ga gitu interested sama kegiatan yang ini. Untung sekarang sih, si pacar udah berhenti main kayaknya :p
Kegiatan invest, jujur aja berhenti saat kita berdua mulai serius ngerancang pernikahan, karena uang yang kita punya hampir semuanya kesedot buat biayain nikahan. Saya sama Ardi berharap apapun yang terjadi, biaya nikah ga boleh dari ngutang, harus semampu kita aja.
Dimanakah pohon uang ini berada? |
Balik lagi, yang bikin ngeri yaaa hidup kita yang dihantui inflasi ini *halah* hahahah....bikin parno karena dari mata kuliah Financial Management, saya jadi belajar ngitung present value dan future value, yang alamakjaan bikin pingsan angka-angkanya. Kita jelas butuh instrumen yang bisa ngalahin angka inflasi (lupakan sajalah nabung di bank atau deposito, tabungan itu cuman nitip uang yang pasti tergerus inflasi dan biaya administrasi). Kalau mau iseng, silakan masuk-masukin angka via financial kalkulator (kalo saya sih pake Casio FC-200V) dan selamat ga doyan makan abis ngeliat angkanya. HAHA.
Makanya...
Saya ngerancang ancer-ancer apa yang harus dilakukan after marriage, sesuai kebutuhan kita:
1. Dana Darurat --> LM dan sebagian kecil as tabungan di Bank
(Menikah tanpa anak 6x biaya hidup bulanan, Menikah 1 anak= 9x, Memiliki 2 anak atau lebih=12x, dan harus disimpan di instrumen yang sangat likuid)
2. Dana Pensiun --> reksadana saham Schroders (Rp. 500.000/bulan)
3. Dana Hura-hura --> berencana buka salah satu produk reksadana saham (Rp. 300.000/bulan)
4. Dana Buka Usaha --> reksadana saham Panin (Rp. 500.000/bulan)
5. Dana Untuk Orang Tua --> reksadana campuran Panin (Rp. 250.000/bulan)
6. Dana Pendidikan Anak --> macam-macam reksadana saham, dipisah-pisah untuk tiap jenjang sekolah
7. Dana Naik Haji --> LM.
Catatan: Untuk produk Panin, emang ga bisa beli bulanan (auto installment) jadi ini cuman itungan kasar saya nyisihin uang per bulan, belinya sih kemungkinan per 6 bulan sekali. Saya juga berencana tiap dapet bonus tambahan penghasilan, akan langsung saya beliin reksadana.
Bismillah! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar